Berikut
ini adalah beberapa review dari laporan micro-teaching kelompok II setelah
presentasi.
1.Latar belakang memilih konsep
micro-teaching ini adalah:
Kami
memilih mengajar bentuk, warna, dan meminta mereka untuk mewarnai adalah karena
disesuaikan dengan kompetensi anak TK pada umumnya. Sehingga mereka tidak akan kesulitan
untuk mengerjakan tugas yang kami berikan. Lagipula untuk mengasah kreativitas
anak, kami tidak harus mengajarkan sesuatu ilmu yang baru. Cukup dengan meningkatkan
apa yang sudah mereka ketahui itu akan lebih baik. Kami memodifikasi kegiatan
mewarnai dengan pemberian reward dan
membebaskan anak untuk mewarnai dengan warna apapun untuk mengasah kreativitas
mereka.
2.Kami juga
tidak mencantumkan jumlah murid di dalam TK tersebut.
Awalnya jumlah murid yang kami minta untuk diajar hanya 20 orang, tetapi yang
terjadi di lapangan adalah para guru menggabungkan kelas TK A dan TK B sehingga
jumlah murid menjadi 35 orang.
Usia
5 tahun : 20 anak
Usia
3-4 tahun : 15 anak
3.Kami tidak menjelaskan lebih rinci
mengenai kegiatan pemberian games yang kami dilakukan seusai micro-teaching di
luar kelas (lapangan TK Kartika). Berikut ini adalah runtutan kegiatan
tersebut:
Sekitar jam 8 pagi, kami telah tiba di
lokasi TK Kartika 1-23. Anak-anak terlihat sedang olahraga pagi di halaman TK
bersama para guru. Setelah anak-anak masuk ke kelas, sebelum melakukan micro-teaching,
kami melakukan perkenalan terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan dengan mengajar
jenis-jenis bentuk oleh 3 orang di antara kami yaitu Lia, Kak Tika, dan Santri.
Bentuk-bentuk yang kami ajarkan adalah lingkaran, persegi, persegi panjang,
segitiga, dan bintang. Selanjutnya Anisah, Lili, dan Indah mengajarkan jenis-jenis
warna yaitu warna orange, biru, abu-abu, merah, hitam, ungu, dan pink. Dalam
mengajar bentuk dan warna, kami tidak menemukan kendala yang berarti karena
anak-anak sudah paham mengenai bentuk dan warna. Jadi kami melakukan beberapa
improvisasi saat mengajar, seperti bertanya “Apa saja benda berbentuk
lingkaran? Dan apa saja buah berwarna merah?” Sesekali kami juga bertanya Bahasa
Inggris dan anak-anak itu sangat bersemangat menjawab semua pertanyaan kami.
Kemudian
kami lanjutkan dengan kegiatan mewarnai. Kami membagi anak-anak tersebut ke dalam
6 kelompok dan di setiap kelompok ada satu di antara kami yang mengawasi. Kami mengajar mewarnai gambar ayam dan
lumba-lumba. Gambar ayam diberikan kepada anak TK B dan gambar lumba-lumba
diberikan kepada anak TK A. Kami kesulitan dalam mengajar mewarnai karena
adanya perbedaan usia anak sehingga dalam mengajar kami banyak melakukan improvisasi
seperti menyesuaikan perhatian dengan kemampuan anak dimana kami lebih
memberikan perhatian kepada anak TK A karena mereka masih kurang mahir mewarnai.
Setelah
selesai mewarnai, anak-anak tersebut keluar menuju halaman TK untuk
beristirahat. Untuk sementara, kami tetap berada di dalam kelas untuk memilih 3
gambar yang paling bagus. Setelah didapatkan 3 gambar yang paling bagus, maka
kami bergegas menuju ke halaman untuk memberikan games teka-teki dengan
anak-anak tersebut yang telah duduk di atas tikar. Games ini berguna untuk me-refresh pikiran anak-anak agar tidak
jenuh. Setelah itu, kami memberikan reward
kepada anak-anak tersebut. Pada saat pemberian reward, ada seorang anak yang ngambek karena tidak mendapat hadiah,
karena biasanya anak itu selalu mendapatkan juara mewarnai di kelasnya tapi
dikarenakan gambarnya belum siap maka dia tidak dipilih jadi pemenang. Kami
berusaha membujuknya agar tidak ngambek lagi dengan cara mengatakan bahwa
gambarnya sangat bagus tapi karena tidak siap makanya tidak dipilih. Dalam hal ini, guru juga turut
membantu kami untuk menasehati anak tersebut agar tidak ngambek lagi. Dan
akhirnya, kami menutup pertemuan hari itu dengan berfoto bersama.
4.Begitu banyak pertanyaan datang terhadap
kelompok kami mengenai improvisasi
apa saja yang kami lakukan saat melakukan micro-teaching ini. Kami memang
melakukan beberapa improvisasi saat mengajar warna dan bentuk karena anak-anak
yang telah mengetahui warna dan bentuk terlebih dahulu. Salah satu improvisasi
adalah dengan bertanya berhubungan dengan jenis-jenis bentuk dan warna yang
sedang diajarkan. Bentuk pertanyaannya adalah “Benda apa yang berbentuk
lingkaran?” atau “Buah apa yang berwarna merah?” Kami juga menanyakan Bahasa
Inggris kepada anak-anak. Kami melihat bahwa anak-anak sangat bersemangat
ketika kami mengajar di depan kelas, meskipun ruangan kelas sangat ramai.
Improvisasi lain yang dilakukan adalah mengajak anak-anak bernyanyi di
tengah-tengah proses micro-teaching. Kegiatan menyanyi ini atas inisiatif
seorang guru. Kegiatan menyanyi ini cukup menyegarkan suasana kelas saat itu.
Saat
ini, kemampuan mengajar dibutuhkan tak hanya oleh seorang guru. Setiap individu
(khusunya mahasiswa) seharusnya memiliki kemampuan tersebut. Karena kemampuan mengajar
itu telah mencakup kemampuan komunikasi dengan orang lain, kemampuan
pengetahuan, dan kemampuan lainnya.
Mengajar tidak harus ada di dalam
situasi formal, namun dapat berupa kegiatan informal. Misalnya ketika
sekelompok mahasiswa berdiskusi mengenai sebuah pelajaran, bukankah harus ada
salah satu yang bertindak sebagai guru? Namun mungkin saja peran sebagai guru
itu bergantian antara satu orang dengan orang lain, bergantung pada siapa yang
menjelaskan mengenai materi tersebut.
Metode mengajar dan cara belajar
pada orang dewasa tidak akan sama dengan mengajar dan cara belajar anak-anak.
Oleh karena itu, tak heran jika seni mengajar untuk orang dewasa (andragogi)
dan seni mengajar pada anak-anak (paedagogi) dipisahkan. Malcolm Knowles (1970)
mengenalkan istilah andragogi yang bermakna seni dan ilmu untuk membantu orang
dewasa belajar.
Sebagai salah satu tugas dari mata
kuliah Paedagogi yang kami ambil, maka kami melakukan Micro-Teaching ke TK
Kartika 1-23. Micro-Teaching ini dilakukan agar kami dapat melatih kemampuan
mengajar, terutama pada anak-anak. Kami memilih TK Kartika 1-23 karena beberapa
anggota kelompok kami pernah melakukan pengamatan ke TK itu sebelumnya.
Sehingga kami sudah cukup mengenal bagaimana karakter anak-anak di TK tersebut.
II. LANDASAN TEORI
Berdasarkan dari hasil
diskusi kelompok kami mengenai perencanaan micro teaching tersebut, hal ini
dapat dikaitkan dengan teori yang telah dibahas diantaranya seni mengajar,
pedagogi praktis,paradigma belajar dan pedagogi modern. Dimana dalam pedagogi
praktis, anak tidak hanya berfokus pada kurikulum pembelajaran tapi
anak tersebut juga bisa menikmati proses pembelajaran. Di samping itu
kami juga tetap memiliki standar kompetensi untuk anak tersebut, misalnya anak
diharapkan mampu untuk menyanyikan lagu daerah dan mewarnai dengan baik.
Setiap strategi guru
didasari pada paradigmabelajar yang berbeda mengenai cara siswa
belajar. Hal yang penting dipahami saat ini , bahwa strategi tumbuh dari
paradigma yang berbeda. Ada 5 metode/strategi mengajar yang dapat digunakan
guru, namun kami hanya menggunakan 3 strategi yaitu sebagai berikut:
1.Pelatihan dan pelatihan lanjut,
yaitu mengembangkan keterampilan dasar dan lanjutan dengan tujuan jelas,
melaksanakan pembelajaran dengan langkah-langkah tertentu, dan memperkuat
setiap kemajuan. Dalam kegiatan micro teaching, kami sudah membuat
langkah-langkah dalam mengajar yang dijelaskan dibawah.
2.Ceramah dan menjelaskan, yaitu
menyajikan informasi dengan cara yang dapat dipahami, mudah diproses, dan
diingat. Dalam kegiatan ini kami sudah merancang cara mengkomunikasikan
materi yang ingin disampaikan melalui metode ceramah.
3.Kelompok dan tim, yaitu berbagi
informasi, bekerja sama secara kooperatif pada pembelajaran proyek, serta
mengeksplorasi sikap, pendapat, dan keyakinan melalui proses
kelompok. Agar mempermudah penyampaian informasi kami membentuk anak dalam
kelompok kecil .
Dalam micro teaching ini
juga dapat dikaitkan dengan teori mengenai Pedagogi modern, dimana
Pedagogi modern/ efektif menggabungkan alternative strategi pembelajaran
yang mendukung keterlibatan intelektual, memiliki keterhubungan dengan dunia
yang lebih luas, lingkungan kelas yang kondusif, dan pengakuan atas perbedaan
penerapan pada semua pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana cara
mengajar yang bervariasi, dan didukung dengan kondisi kelas yang kondusif.
Seni mengajar juga sangat diperlukan dalam melakukan microteaching
ini, apalagi subjeknya adalah anak TK, mereka yang hanya masih dapat berfikir
secara konkrit membuat kami harus mempunyai seni mengajar agar menjadikan kelas
tidak pasif dan pentransformasian ilmu dapat berjalan dengan baik.
III. TUJUAN
MICROTEACHING
Tujuan
dari micro teaching yang kami lakukan
adalah untuk mengajarkan murid di TK Kartika mengenai berbagai jenis bentuk dan
warna, serta mengembangkan kreativitas dengan mewarnai.
IV. PERENCANAAN
Perencanaan yang kami design
sebelum melakukan microteaching tersebut adalah :
1.Lokasi
TK
kartika 1-23 kapten muslim
2.Waktu
Kamis
, 19 April 2012 pukul 08:00-10:30
3.Rundown
07:30
Datang ke Lokasi
07:30-08:00
Perkenalan
08:00-
08:10 Mengajar Warna
08:10-08:20
Mengajar Bentuk
08:20-09:00
Mengajar mewarnai
09:00-09:25
Pemberian Games + Reward &
Penutup
Perlengkapan
Kamera
Alat
tulis
Fotocopy
Gambar 24 lembar
Print
bentuk dan warna
Perincian
Biaya
Choki
choki 2 Kotak @Rp.13.000,-=
Rp.26.000,-
Chocolatos
2 Kotak @Rp.11.000,- =
Rp.22.000,-
Pita
+ kertas
kado
=
Rp.3000,-
Nasi
bungkus 5
@Rp.10.000,- =
Rp.50.000,-
Fotocopy
gambar =
Rp.3000,-
Total =
Rp.104.000,-
Pe
V. PELAKSANAAN MICROTEACHING
Sekitar
jam delapan pagi kami sampai dilokasi TK Kartika 1-23. Pada 15 menit pertama
kami melakukan perkenalan. Lalu dilanjutkan dengan mengajar bentuk.
Bentuk-bentuk yang kami ajarkan adalah bentuk lingkaran, persegi, persegi
panjang, segitiga dan bintang. Lalu kami lanjutkan dengan mengajarkan warna
yaitu warna orange, biru, abu-abu, merah, hitam, ungu, pink. Lau kegiatan kami
lanjutkan dengan mengajar menggambar. Kami membagi anak-anak tersebut dalam 6
kelompok dan di setiap kelompok ada satu diantara kami yang mengawasi. Kami mengajar mewarnai gambar ayam dan
lumba-lumba. Gambar ayam dibagikan untuk anak TK B dan gambar lumba-lumba untuk
anak TK A. Setelah selesai mewarnai anak-anak tersebut keluar ke halaman. Kami
tetap didalam kelas untuk memilih gambar yang paling bagus. Setelah didapatkan
gambar yang paling bagus kami bergegas keluar ke halaman untuk melanjutkan ke sesi games. Setelah sesi
games kami lanjutkan dengan pemberian reward kepada anak-anak tersebut. Kami
menutup pertemuan hari itu dengan berfoto bareng.
1.Lokasi
TK kartika 1-23 kapten
muslim Helvetia Medan
2.Waktu
Jumat, 20 April 2012
pukul 08:00-09:30
3.Rundown 08.00 Datang ke lokasi
08:30
- 08:15 Perkenalan
08:15
- 08:25 Mengajar bentuk
08:25
- 08:35 Mengajar
warna
08:35
- 09:10 Mengajar
mewarnai
09:10
- 09:30 Games + Pemberian Reward
& Penutup
Sekitar jam delapan pagi, kami telah tiba di lokasi
TK Kartika 1-23. Anak-anak terlihat sedang olahraga pagi di halaman TK bersama
para guru. Setelah anak-anak masuk ke kelas, sebelum melakukan micro teaching, terlebih dahulu kami melakukan
perkenalan. Kemudian dilanjutkan dengan mengajar jenis-jenis bentuk.
Bentuk-bentuk yang kami ajarkan adalah lingkaran, persegi, persegi panjang,
segitiga dan bintang. Selanjutnya kami mengajarkan jenis-jenis warna yaitu
warna orange, biru, abu-abu, merah, hitam, ungu, dan pink. Kegiatan kami lanjutkan dengan mewarnai. Kami
membagi anak-anak tersebut dalam 6 kelompok dan di setiap kelompok ada satu di antara
kami yang mengawasi.Kami mengajar
mewarnai gambar ayam dan lumba-lumba. Gambar ayam diberikan kepada anak TK B
dan gambar lumba-lumba diberikan kepada anak TK A. Setelah selesai mewarnai,
anak-anak tersebut keluar menuju halaman TK. Untuk sementara, kami tetap berada
di dalam kelas untuk memilih 3 gambar yang paling bagus. Setelah didapatkan 3 gambar
yang paling bagus, maka kami bergegas menuju ke halaman untuk memberikan games
teka-teki dengan anak-anak. Setelah itu, kami memberikan reward kepada anak-anak tersebut. Dan akhirnya kami menutup
pertemuan hari itu dengan berfoto bersama.
Dalam
pelaksanaannya menurut kami seperti pedagogi praktis Dimana dalam pedagogi praktis, anak tidak hanya
berfokus pada kurikulum pembelajaran tapi anak tersebut juga bisa
menikmati proses pembelajaran. Kami berusaha membuat anak
menikmati proses pembelajaran dengan cara mengajar yang tidak memerintah dan
juga kami sudah menjanjikan adanya reward bagi anak dengan gambar terbaik
membuat anak-anak tersebut senang melakukan proses pembelajaran dengan kami. Dalam micro teaching ini juga dapat dikaitkan
dengan teori mengenai Pedagogi modern yang dapat dilihat dari bagaimana cara mengajar yang
bervariasi, dan didukung dengan kondisi kelas yang kondusif.
Kami dalam mengajar saat itu disesuaikan dengan kemampuan anak. Anak TK A
diberikan gambar lumba-lumba yang lebih simpel sedangkan anak TK B diberikan
gambar Ayam yang lebih sulit. Pada saat kami membimbing di tiap meja kami juga
menggunakan srategi mengajar yang berbeda sesuai kemampuan anak TK Kartika.
Seperti memberikan banyak perhatian bagi anak yang belum mampu untuk mewarnai
dengan baik. Seni
mengajar juga sangat
diperlukan dalam melakukan microteachingyang kami lakukan karenayang mau diajar adalah anak TK.Mereka masih hanya dapat berpikir secara konkrit, sehingga membuat kami harus mempunyai seni mengajar dan
banyak melakukan improvisasi. Seperti belajar mewarnai kami kira anak-anak sudah mampu karena berdasarkan
observasi terdahulu mewarnai adalah hal yang umum di TK Kartika tenyata pada
saat sampai dilapangan kami menemukan ada juga anak yang masih kesulitan dalam
mewarnai. Kami banyak melakukan improvisasi pada saat mengajar mereka.
Setiap
strategi guru didasari pada paradigmabelajardan
strategi tumbuh dari
paradigma yang berbeda. Ada 5 metode/strategi mengajar yang dapat digunakan
guru, namun kami hanya menggunakan 3 strategi yaitu sebagai berikut:
1.Pelatihan
dan pelatihan lanjut yaitu melaksanakan pembelajaran dengan langkah-langkah
tertentu. Dalam kegiatan micro teaching,
kami sudah membuat langkah-langkah dalam mengajar yang kami jelaskan dipelaksanaan
2. Ceramah
dan menjelaskan, yaitu menyajikan informasi dengan cara yang dapat
dipahami, mudah diproses, dan diingat. Dalam kegiatan ini kami sudah
merancang cara mengkomunikasikan materi yang ingin disampaikan melalui metode
ceramah. Seperti pada saat mengajarkan bentuk warna dan juga pada saat
penjelasan mengenai mewarnai kami menggunakan metode ceeramah. Metode ceramah
yang kami pakai bukan sepert metode ceramah di perkuliahan tapi kami mengunakan
metode ceramah dengan banyak tersenyum suara yang ramah dan simpel sehingga
anak-anak dapat pahami, mudah diproses, dan diingat
3. Kelompok
dan tim. Agar mempermudah penyampaian informasi kami membentuk anak dalam
kelompok kecil sesuai dengan kelasnya.
Perlengkapan
Kamera
Alat
tulis
Fotocopy
Gambar 44 lembar
Kertas
Origami
Print
Bentuk
Perincian
Biaya
Choki
choki 2 Kotak @Rp.13.000,-
=
Rp.26.000,-
Chocolatos
2 Kotak @Rp.11.000,-
=
Rp.22.000,-
Chocolatos
20 bungkus
@Rp.500,- =
Rp.10.000,-
Pita
+ kertas
kado
=
Rp.3000,-
Nasi
bungkus 5
@Rp.10.000,- =
Rp.50.000,-
Fotocopy
gambar
= Rp.6000,-
Total
=
117.000
TABEL RENCANA MICROTEACHING HINGGA
PELAKSANAANNYA
No
Kegiatan
Tanggal
1
Perencanaan
7 April 2012
2
Membuat Surat Izin
14 April 2012
3
Merevisi perencanaan, Mempersiapkan Reward dan
Mengantarkan Surat Izin
18 April 2012
4
Pelaksanaan Micro teaching
20 April 2012
5
Menyelesaikan Laporan
23 April 2012
6
Memposting di Blog
28-29pril
VI. EVALUASI DAN KENDALA
A. EVALUASI
- Para
murid mengikuti materi dengan bersemangat ditandai dengan banyaknya respon yang
diberikan.
- Murid
sudah mengetahui tentang warna dan bentuk tetapi dengan diberikannya micro
teaching mereka jadi lebih paham.
- Setelah
diberikan media untuk mewarnai, semua murid sangat bersemangat dalam proses
mewarnai dan banyak bertanya kepada para pengajar kami sebagai fasilitator yang telah membaur
ke dalam kelompok-kelompok kecil bersama murid.
- Kebanyakan
hasil gambar yang dihasilkan sangat mengesankan pengajar.
-Ketika
kuis berlangsung hampir semua anak ingin menjawab pertanyaan yang diberikan. Hal ini cukup menyulitkan kami, karena kami kurang mempersiapkan reward yang banyak untuk sesi games.Secara
keseluruhan, proses micro teaching yang kami lakukan di TK Kartika berjalan
dengan baik meskipun terdapat beberapa kendala.
B. KENDALA
—Kelas
digabung antara kelas A dan kelas B. Kelas A berisi anak yang masih berumur
sekitar 4 tahun, sehingga hal ini menyebabkan kami sedikit kewalahan ketika
meminta mereka untuk mewarnai.
Awalnya,
kami hanya ingin mengajar 1 kelas. Kami sudah berkoordinasi dengan salah satu
guru untuk mengajar di satu kelas saja. Tetapi pada saat di lokasi, tiba-tiba
guru di TK tersebut menggabungkan 2 kelas menjadi satu. Akibatnya, kami harus
membeli lagi reward dan juga menambah
fotocopy kertas gambar ayam dan lumba-lumba. Selain itu, jumlah anak di dalam
kelas cukup ramai sehingga kelas kurang kondusif.
Salah
satu anak “ngambek” karena tidak diberikan hadiah yang sama seperti yang
didapatkan oleh juara 1-3 dalam lomba mewarnai. Kami cukup merasa “tidak enak”
dengan anak tersebut.
Guru
banyak terlibat dalam proses micro
teaching yang kami lakukan di kelas. Saat kami mengajar, guru terlihat agak
mendikte kami dalam mengajar. Mereka kurang memberikan ruang bagi kami untuk
mengajar di depan kelas. Bahkan hampir semua guru berada di dalam kelas. Hal
ini cukup membuat kami merasa sedikit minder.
VII. DOKUMENTASI
VIII. TESTIMONI
Kartika Sari Anggaraini 08-029
Menurut saya kegiatan micro teaching yg kami lakukan
sangat menyenangkan, walaupun agak sulit mengatur anak-anak TK,
tetapi kelucuan" yang mereka lakukan membuat rasa lelah kami hilang
seketika.
Anak-anak sangat aktif dan bersemangat
dalam proses micro teaching yang kami lakukan, ketika kami bertanya,
hampir smua anak mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan kami. Ketika
menjawab pertanyaan pun mereka menjawabnya dengan penuh semangat dengan suara
yang kencang.Kegiatan kami jg
didukung oleh para guru, sehingga cukup membantu kami yang sedikit kewalahan
dalam menghadapi anak-anak tersebut.
Lia Hairani 10-001
Gak nyangka bisa dapat kesempatan mengajar didalam ruangan TK bersama
mereka, awalnya memang gugup,namun setelah waktu berjalan akhirnya bisa
beradaptasi dengan suasana kelas. Yang paling berkesan saat mereka perkelempok
sedang mewarnai gambar yang kami berikan, saya mendampingi 4 orang anak yaitu
Thora, Albhar, Daud dan Rayhan. Nah.. Rahyan ini termasuk anak yang pintar
ngomong banget sampai-sampai dia ingin mengenalkan saya pada abangnya..hehehe…
Pokoknya pengalaman mengajar yang sangat membuat saya termotivasi untuk
mewujudkan cita-cita saya…^^
Santri Permana 10-012
Pertama datang ke TK Kartika 1-23, saya lansung ngerasa deg-degan karena
berhadapan dengan anak-anak TK yang menurut saya lumayan sulit untuk diatur.
Tetapi begitu berhadapan lansung dengan mereka ternyata asyik juga lo. Mereka
mudah diajak untuk belajar bersama sehingga rasa deg-degan yang ada tadi pun
jadi hilang. Apa lagi saat mendampingi mereka, mereka sangat mudah untuk diajak
untuk berdiskusi. Pokoknya saya sangat senang bisa bertemu dengan mereka. Ini
merupakan salah satu pengalaman saya yang menyenangkan.
Liliyana Sari 10-029
“Saya merasa bahwa Micro-Teaching ini menjadi pengalaman berharga. Saat
melakukan tugas Pendidikan Anak Pra Sekolah (PAPS), saya sempat diminta untuk
mengajar di PAUD yang saya datangi. Namun karena kesibukan, tawaran itu tidak
bisa saya terima. Berkat mata kuliah Paedagogi, saya mendapat kesempatan untuk
mengajar (meskipun bukan di PAUD tersebut). Saya berharap effort yang
saya berikan pada tugas ini, bisa berbuah manis di akhir...”
Anisah Gayatri 10-072
Setelah melakukan micro teaching ini saya jadi mengerti bahwa mengajar di
TK itu sangat sulit. Di butuhkan usaha yang lebih agar anak-anak tersebut
tertarik dengan apa yang kita ajarkan. Ditambah lagi dengan saya yang
pendiam,susah rasanya membuat mereka suka dengan apa yang saya rasakan. Ada
juga beberapa kendala teknis yang terjadi. Di TK tersebut ada 2 kelas dan kami
sudah buat janji untuk mengajar satu kelas saja tapi pada saat dilapangan
gurunya malah menggabungkan kedua kelas tersebut. Jadinya gambar yang sudah
kami fotocopy buat mengajar mewarnai jadi kurang sehingga harus di fotocopy
lagi. Untung rewardnya di buat untuk kedua kelas. Mungkin ini terjadi karena
kami berkoordinasi dengan salah seorang guru bukan semua guru jadi guru yang
kelas satunya lagi gak tahu.
Walaupun ada kendala-kendala yang
terjadi tapi untungnya kegiatan microteaching kami berlangsung dengan baik dan
sukses. Saya juga mendapat pengalaman baru dalam mengajar anak TK karena saya
belum pernah megajar anak TK sebelumnya.
Indah Kartika Dewi 10-108
Awalnya cemas banget, karena yang dihdapi itu anak TK, pasti sangat sulit
menarik perhatian anak-anak. Apalagi saya sendiri masih dalam suasana duka.
Tapi maw gak mau, siap dan gak siap, saya harus siap. Ternyata pas dijalankan
tidak seburuk yang diperkirakan kok, awalnya memang grori namun lama kelamaan
nyaman juga karena anak-anak welcome dengan kedatangan kami. Jadi interaksi
antara kami sangat menyenangkan. Seru deh pokoknya, jadi rindu sama audri yang
mukanya mirip bintang iklan Afika itu.